Kamis, 24 Juli 2008

TUGAS 4

1. Berikan contoh kasus anarkis yang dilakukan “remaja” sebagai refleksi lemahnya pengendalian emosi, dan gejolak usia perkembangan.
Masa remaja menunjukkan masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, masa yang penuh akan kesulitan. Pada masa ini, remaja itu akan ke arah kematangan seksualitasnya, memantapkan identitas sebagai individu yang terpisah dari keluarga dan menghadapi tugas menemukan cara mencari mata pencaharian. Masa remaja yang merupakan suatu tahap transisi menuju ke status orang dewasa mempunyai beberapa keuntungan. Tahapan transisi akan memberikan remaja itu suatu masa yang lebih panjang untuk mengembangkan berbagai keterampilan serta untuk mempersiapkan masa depan. Akan tetapi, masa itu akan cenderung menimbulkan masa pertentangan (konflik), kebimbangan antara ketergantungan dan kemandirian. Sulit untuk merasakan bahwa remaja tersebut mampu sepenuhnya untuk dapat memenuhi kebutuhannya sendiri.
Banyak hal yang terjadi pada remaja akibat dari perkembangannya. Meningkatnya dan mulai matangnya hormone-hormon yang ada di dalam tubuhnya serta mulai berfungsinya menjadikan remaja selalu ingin melakukan apa saja atau selalu aktif, sehingga banyak hal negative yang dilakukan remaja jika tidak diberikan arahan, pandangan dan kegiatan yang lebih baik (positif).
Contoh kasus anarkis:
Remaja yang tidak memiliki aktivitas setelah sepulang sekolah akan melakukan tindakan apa saja, yakni menyibukkan dirinya ataupun mencari-cari perhatian dari orang lain, seperti berawal dari suka menggodai anak perempuan yang berakhir menjadi tawuran antar pelajar (berebutan pacar/wanita).
Contoh anarkis lain yang sering terjadi pada remaja yaitu: pelecehan seksual, akibat dari lingkungan; suka menonton VCD porno ataupun dari internet. Hal ini terjadi karena kurangnya kerjasama dari pihak sekolah dan keluarga untuk mengarahkan kepada kegiatan yang lebih bermanfaat (ekstra kurilkuler). Bahkan remaja ada yang suka mencuri, menopet dan sampai ada yang membunuh.

2. Akhir-akhir ini banyak dilansir dalam media kenakalan dan kekerasan dikalangan remaja putrid. Berikan komentar anda?
Seperti yang sudah dijelaskan di atas, bahwa masa remaja adalah masa yang renta akan berbagai hal sehingga sangat mudah dipengaruhi oleh lingkungan ataupun keadaan yang ada disekitar. Hal ini karena masa remaja selalu ingin mencoba hal yang baru dan ingin keberadaannya diakui (eksistensi).
Bertambahnya usia anak (menjadi remaja) maka mulai berfungsinya organ-organ atau hormone yang ada di dirinya (perkembangan usia jasmani dan rohani), sehingga sulitnya mengendalikan emosi yang meninggkat itu. Dengan demikian, banyak hal yang dapat dilakukan (positif dan negative) yang terjadi pada diri remaja tersebut.
Kenakalan dan kekerasan remaja terutama remaja putrid yang sering disorot diberbagai media akhir-akhir ini sangatlah disesalkan dan merupakan sikap tidak bermoral dan tidak terpuji. Hal ini sangat disayangkan, karena remaja diibaratkan sebagai emas, yakni sebagai asset Negara yang berharga. Remajalah yang akan melanjutkan dan meneruskan cita-cita, pemerintahan dan kelak menjadi pemimpin di Negara.
Remaja merupakan masa perkembangan yang paling bagus, karena pada masa itu terjadinya kerjasama yang baik antara berfungsinya perkembangan jasmani dan perkembangan rohani (yakni mulai berfungsinya organ-organ/hormone tubuhnya), akan tetapi sangat rentan terhadap keadaan dan situasi lingkungan sekitarnya.
Kenakalan dan kekerasan yang terjadi dikalangan remaja putri, dipicu antara lain oleh:
Ø Keinginan remaja putri untuk “diakui” (dihargai) akan keberadaannya, (eksistensi), baik di sekolah, di rumah dan di masyarakat.
Ø Masa remaja dapat dikatakan sebagai masa labil karena itu jiwa remaja selalu dipengaruhi olah keadaan (lingkungan), sehingga remaja putrid selalu memiliki rasa ingin tahu yang besar dan mencoba sesuatu hal yang baru.
Ø Pengaruh lingkungan ataupun lainnya seperti teman, media masa (majalah, tabloid, Koran, seperti gaya trend), elektronik (TV, Radio, internet/pergaulan bebas, gambar-gambar porno ) dan sebagainya, sehingga remaja dengan mudah untuk menirunya.
Akibat dari pengaruh atau keadaan di atas, maka akan terjadi penyimpangan sikap dan perilaku remaja putrid (dalam arti kenakalan dan kekerasan yang seharusnya tidak dilakukan). Oleh karena itu, perlu diadakan yang namanya “KERJASAMA”, antara pihak sekolah, keluarga, pemerintah, masyarakat atau lingkungan.
Di sekolah, selainguru memberikan pelajaran atau materi pokok, juga harus memberikan kegiatan lain yang disebut sebagai ekstra kurikuler. Mengarahkan kepada kegiatan yang dapat menampung dan mengembangkan kreatifitas, aspirasi dan sebagainya, sehingga anak (dalam arti remaja) dapat mengisi waktu luang atau menyibukkan dengan aktifitas dan kegiatan positif (pengaturan dan mengendalikan emosi yang dapat terkontrol) tanpa remaja melakukan kegiatan yang tidak bermanfaat (negative) karena kurangnya pengarahan yang tepat. Peran keluarga, bukan hanya sekedar menyerahkan anak ke sekolah tetapi juga harus mengontrol dan mengawasi aktifitas anak dalam sehari-hari. Dan peran pemerintah juga haruslah tegas, bukan hanya sebagai pemberi standarisasi atau kurikulum sekolah tetapi juga harus mengawasi dan mengontrol kegiatan para masyarakan yang suka menjual kaset, VCD porno ataupun yang lain yang secara bebas tanpa ada rasa bersalah. Karena keadaan lingkungan sekitar juga akan mempengaruhi kondisi remaja putri, apalagi jika para pedagang-pedagang tersebut berada disekitar atau di lingkungan sekolah.

Tidak ada komentar: